Sejumlah shelter buswaydi beberapa koridor seperti koridor III (Kalideres–Harmoni), Koridor VIII (Lebak Bulus–Harmoni), Koridor VII (Kampung Melayu– Kampung Rambutan), Koridor II (Pulogadung–Harmoni) mendapat kritikan dari anggota DPR dari daerah pemilihan (Dapil) DKI Jakarta II (Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan) Fayakhun Andriadi.
Fayakhun Andriadi prihatin karena pintu shelter busway tidak
lagi berfungsi normal dan tidak bisa tertutup dengan baik. Politisi Partai
Golkar ini khawatir jika pintu halte bus Transjakarta terus dibiarkan terbuka
dapat menyebabkan kecelakaan. Bahkan, kata dia, akan memicu terjadinya tindak
kriminal. “Kita bisa lihat, penumpang bus Transjakarta kalau jam-jam kerja itu
membludak.Terus kalau mobilnya datang, mereka berebut, ini yang bisa memicu
kecelakaan. Karena buru-buru dan berebut, mereka bisa terjatuh,” ujar Fayakhun kepada wartawan kemarin.
Dia
berpendapat, tindak kejahatan bisa terjadi karena adanya kesempatan. Dengan
pintu halte yang terbuka, orang yang berniat jahat bisa masuk tanpa ada kontrol
dari petugas.“Terus saya lihat juga banyak penumpang yang berdiri di pintu, itu
kan bisa memicu terjadinya penjambretan dan kejahatan lain.Kalau pintu haltenya
tertutup kan,akses masuk cuma satu sehingga bisa di-monitoring,”ujarnya.
Fayakhun berharap Pemprov DKI Jakarta bekerja serius mengurusi persoalan
kesemrawutan lalu lintas.Menurut dia, jika Pemprov DKI lalai bisa dijerat
dengan UU No 25/2009 tentang Pelayanan Publik.
“Ini kewajiban
saya mengingatkan, sebagai anggota DPR dari dapil DKI Jakarta,”ujarnya.
Pihaknya menilai selama enam tahun beroperasi ternyata bus Transjakarta tidak
efektif mengatasi kemacetan di Ibu Kota. Fayakhun menilai pembangunan monorel
lebih efektif untuk mengurai kemacetan di Ibu Kota. Dia berharap, separuh sisa
kepemimpinan di periode pertama ini, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mampu
menunjukkan prestasi dalam mengatasi kemacetan. Sementara,Direktur Eksekutif
Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtiyas menemukan sejumlah kelemahan
pelayanan bus Transjakarta.
Di antaranya,
sejumlah fasilitas di halte bus Transjakarta terlihat mulai mengalami kerusakan
antara lain adanya lempengan besi yang hilang dan juga atap halte yang mulai
rusak. Selain itu terjadi kerusakan destination voice sehingga merugikan
penumpang yang belum familiar dengan jalur tersebut karena tidak tahu sudah
sampai mana perjalanannya. “Hal yang kedua adalah waktu antre menunggu bus yang
bisa memakan waktu hingga satu jam karena terlalu penuhnya penumpang yang ada
di dalam bus,”papar Darmaningtyas. Untuk mengatasi hal tersebut, Instran
memberikan sejumlah masukan kepada Pemprov DKI Jakarta dan juga para pemangku
kepentingan dalam operasional bus Transjakarta.
Instrans
menyatakan perlunya komitmen yang lebih tinggi dari Pemprov DKI Jakarta untuk
meningkatkan operasional bus Transjakarta. Menanggapi hal tersebut pihak BLU
Transjakarta belum bisa dimintai keterangan. Kepala BLU Transjakarta Daryati
Asrining Rini tidak bisa dihubungi karena telepon selulernya tidak aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar