Kedua, Golkar merupakan partai dengan tingkat kompetisi yang paling
ketat. Kader Golkar memiliki
kompetensi yang beragam. Antara satu kader dengan yang lainnya memiliki
kualifikasi yang bersaing. Di internal PartaiGolkar, yang menentukan “menang-kalahnya” seorang kader dalam berkompetisi
adalah daya tahannya dalam berkompetisi. Mereka yang memiliki energi luar biasa
dalam menjalani kompetisi secara fair, akan sukses meraih tangga karir politik.
Sebaliknya, tanpa daya tahan kompetitif yang kuat, seorang kader akan tersisih
dari lintasan kompetisi politik.
Kompetisi secara fair bagian dari budaya politik yang melekat pada Partai Golkar. Dan budaya ini
kompatibel dengan karakteristik demokrasi di era digital. Demokrasi di era baru
ini membuka seluas-luasanya pintu politik kepada mereka yang berminat untuk
terjun di kancah politik. Dengan tersedianya teknologi digital, politic
opportunity menjadi tanpa batas (borderless). Siapa yang memiliki kualifikasi,
bisa ikut kompetisi. Tinggal persoalannya adalah: sejauh mana ia bisa memenangi
kompetisi. Dalam demokrasi era digital, yang menjadi penentu adalah kemampuan
seseorang untuk berkompetisi. Budaya kompetisi menjadi ciri kedua
kompatibilitas antara demokrasi era digital dengan Partai Golkar. Antara
keduanya ada titik temu.
Ketiga, Partai Golkar sangat akrab dengan pluralitas. Di tubuh
partai ini, kader berasal dari latar belakang yang beragam: usia, ideologi,
profesi, latar belakang sosial, agama, dan etnik. Semua berbaur menjadi satu,
tanpa ada sekat perbedaan. Pluralitas adalah karakter lain dari era digital. Di
era digital, monopoli tak berlaku lagi. Teknologi digital menerabas seluruh
bentuk sekat perbedaan sosial. Karena itu, mereka yang masih berhasrat dengan
paradigma monolitik tak akan merasa nyaman dengan era digital. Teknologi
digital membuat kontrol menjadi minim. Bahkan negara sekalipun, di era digital,
tak bisa lagi melakukan kontrol terhadap warga negaranya. Karena itu,
negara-negara yang masih menjalankan praktik otoritarianisme, cenderung menolak
perangkat digital. Karena dianggap akan mengancam dominasi dan hegemoni
politiknya. Dalam demokrasi era digital, mereka yang tidak membawa spirit
pluralitas akan terelemenir. Era digital tidak memberi lagi ruang bagi
dominasi, hegemoni, dan monolitisisme.
Sebagai sebuah partai, Golkar sudah sangat akrab dengan pluralitas.
Bahkan, partai ini bisa mencapai puncak kesuksesannya disebabkan energi
pluralitas yang dikobarkan oleh kader yang berasal dari berbagai latar belakang
tersebut. Pada titik inilah, Partai Golkar memiliki kompatibilitas dengan
demokrasi di era digital.
Keempat, teknologi digital sangat menekankan mekanisme kerjanya
pada inter-koneksi antar jaringan (networking interconnection). Karena basis
sistemiknya yang maya dan tanpa batas, maka keberhasilan di era digital
ditentukan oleh sejauh mana kita bisa membangun jaringan seluas mungkin dan
establish. Jaringanlah yang “berbicara”. Tanpa jaringan, ruang gerak kita akan
terbatas. Ini karakteristik lain dari era digital.
Karakteristik ini juga kompatibel dengan basis organisasional
Partai Golkar. Golkar dikenal sebagai partai dengan kekuatan utamanya pada
jaringan yang luas, kuat, dan mapan. Sistem jaringan ini sudah melekat sebagai
karakteristik Partai Golkar. Kinerja partai ini berbasis jaringan. Jaringan
Partai Golkar adalah terbesar dibandingpartai-partai lain. Secara historis, Partai
Golkar mampu me-maintanancejaringannya dengan baik sehingga menjadi modal
politik yang kuat. Keberhasilan Partai Golkar tetap eksis di era reformasi ini,
salah satunya karena ditopang basis jaringan yang mapan.
Karakteristik berupa “jaringan yang berbicara” antara Partai Golkar
dan era digital menjadi titik temu kompatibilitas keempat. Keduanya memiliki
kesamaan dalam hal kinerja berbasis jaringan. Tantangan Partai Golkar ke depan
adalah bagaimana mentransformasi basis jaringan yang masih manual ini ke dalam
sistem jaringan yang bertopang pada teknologi digital. Golkar sudah memiliki
modal jaringan, selanjutnya tinggal bagaimana menopangnya dengan sistem digital
yang terkoneksi secara aktual.
Empat kompatibilitas di atas adalah penanda bahwa Partai Golkar
sangat siap dengan datangnya demokrasi era digital. Karakteristik politik yang
selama ini berkembang dalam tubuh Golkar, selaras dengan karakteristik
demokrasi di era digital. Budaya politik di internal partai ini juga sama
dengan budaya politik pada demokrasi era digital. Empat kompatibilitas tersebut
membuktikan siapnya Partai Golkar menghadapi era demokrasi digital.
Tantangan
selanjutnya adalah bagaimana Partai Golkar mengaktualisasikan empat
kompatibilitas tersebut dalam wujud modal politik yang inovatif.
Mentransformasikan empat modal tersebut agar terintegrasi dengan empat
karakteristik era digital. Partai Golkar harus mampu memanfaatkan empat
kompatibilitas tersebut menjadi energi politik di era demokrasi digital ini.
Jika mampu melakukan itu, bisa dipastikan Partai Golkar akan menjadi yang
terdigital dalam demokrasi Indonesia era digital nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar