Jumat, 16 Juni 2017

Fayakhun Andriadi: Golkar Punya Modal Bagus Di Era Digital Bagian II



Kedua, Golkar merupakan partai dengan tingkat kompetisi yang paling ketat. Kader Golkar memiliki kompetensi yang beragam. Antara satu kader dengan yang lainnya memiliki kualifikasi yang bersaing. Di internal PartaiGolkar, yang menentukan “menang-kalahnya” seorang kader dalam berkompetisi adalah daya tahannya dalam berkompetisi. Mereka yang memiliki energi luar biasa dalam menjalani kompetisi secara fair, akan sukses meraih tangga karir politik. Sebaliknya, tanpa daya tahan kompetitif yang kuat, seorang kader akan tersisih dari lintasan kompetisi politik.
Kompetisi secara fair bagian dari budaya politik yang melekat pada Partai Golkar. Dan budaya ini kompatibel dengan karakteristik demokrasi di era digital. Demokrasi di era baru ini membuka seluas-luasanya pintu politik kepada mereka yang berminat untuk terjun di kancah politik. Dengan tersedianya teknologi digital, politic opportunity menjadi tanpa batas (borderless). Siapa yang memiliki kualifikasi, bisa ikut kompetisi. Tinggal persoalannya adalah: sejauh mana ia bisa memenangi kompetisi. Dalam demokrasi era digital, yang menjadi penentu adalah kemampuan seseorang untuk berkompetisi. Budaya kompetisi menjadi ciri kedua kompatibilitas antara demokrasi era digital dengan Partai Golkar. Antara keduanya ada titik temu.
Ketiga, Partai Golkar sangat akrab dengan pluralitas. Di tubuh partai ini, kader berasal dari latar belakang yang beragam: usia, ideologi, profesi, latar belakang sosial, agama, dan etnik. Semua berbaur menjadi satu, tanpa ada sekat perbedaan. Pluralitas adalah karakter lain dari era digital. Di era digital, monopoli tak berlaku lagi. Teknologi digital menerabas seluruh bentuk sekat perbedaan sosial. Karena itu, mereka yang masih berhasrat dengan paradigma monolitik tak akan merasa nyaman dengan era digital. Teknologi digital membuat kontrol menjadi minim. Bahkan negara sekalipun, di era digital, tak bisa lagi melakukan kontrol terhadap warga negaranya. Karena itu, negara-negara yang masih menjalankan praktik otoritarianisme, cenderung menolak perangkat digital. Karena dianggap akan mengancam dominasi dan hegemoni politiknya. Dalam demokrasi era digital, mereka yang tidak membawa spirit pluralitas akan terelemenir. Era digital tidak memberi lagi ruang bagi dominasi, hegemoni, dan monolitisisme.
Sebagai sebuah partai, Golkar sudah sangat akrab dengan pluralitas. Bahkan, partai ini bisa mencapai puncak kesuksesannya disebabkan energi pluralitas yang dikobarkan oleh kader yang berasal dari berbagai latar belakang tersebut. Pada titik inilah, Partai Golkar memiliki kompatibilitas dengan demokrasi di era digital.
Keempat, teknologi digital sangat menekankan mekanisme kerjanya pada inter-koneksi antar jaringan (networking interconnection). Karena basis sistemiknya yang maya dan tanpa batas, maka keberhasilan di era digital ditentukan oleh sejauh mana kita bisa membangun jaringan seluas mungkin dan establish. Jaringanlah yang “berbicara”. Tanpa jaringan, ruang gerak kita akan terbatas. Ini karakteristik lain dari era digital.
Karakteristik ini juga kompatibel dengan basis organisasional Partai Golkar. Golkar dikenal sebagai partai dengan kekuatan utamanya pada jaringan yang luas, kuat, dan mapan. Sistem jaringan ini sudah melekat sebagai karakteristik Partai Golkar. Kinerja partai ini berbasis jaringan. Jaringan Partai Golkar adalah terbesar dibandingpartai-partai lain. Secara historis, Partai Golkar mampu me-maintanancejaringannya dengan baik sehingga menjadi modal politik yang kuat. Keberhasilan Partai Golkar tetap eksis di era reformasi ini, salah satunya karena ditopang basis jaringan yang mapan.
Karakteristik berupa “jaringan yang berbicara” antara Partai Golkar dan era digital menjadi titik temu kompatibilitas keempat. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal kinerja berbasis jaringan. Tantangan Partai Golkar ke depan adalah bagaimana mentransformasi basis jaringan yang masih manual ini ke dalam sistem jaringan yang bertopang pada teknologi digital. Golkar sudah memiliki modal jaringan, selanjutnya tinggal bagaimana menopangnya dengan sistem digital yang terkoneksi secara aktual.
Empat kompatibilitas di atas adalah penanda bahwa Partai Golkar sangat siap dengan datangnya demokrasi era digital. Karakteristik politik yang selama ini berkembang dalam tubuh Golkar, selaras dengan karakteristik demokrasi di era digital. Budaya politik di internal partai ini juga sama dengan budaya politik pada demokrasi era digital. Empat kompatibilitas tersebut membuktikan siapnya Partai Golkar menghadapi era demokrasi digital.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana Partai Golkar mengaktualisasikan empat kompatibilitas tersebut dalam wujud modal politik yang inovatif. Mentransformasikan empat modal tersebut agar terintegrasi dengan empat karakteristik era digital. Partai Golkar harus mampu memanfaatkan empat kompatibilitas tersebut menjadi energi politik di era demokrasi digital ini. Jika mampu melakukan itu, bisa dipastikan Partai Golkar akan menjadi yang terdigital dalam demokrasi Indonesia era digital nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar